Pages - Menu

Tuesday, April 16

Terjadinya Alam Semesta

Alam Semesta atau Jagat Raya merupakan tempat berkumpulnya benda-benda angkasa yang luasnya tidak dapat diukur. Terjadinya alam semesta dapat diterangkan oleh beberapa teori. Berikut adalah teori mengenai terjadinya alam semesta.

1) Teori Jagat Raya Mengembang
Menurut hasil penelitian dan pengamatan Hubble, ditemukan bahwa galaksi-galaksi bergerak saling menjauhi. Hal ini berarti alam semesta mengembang menjadi lebih luas.
2) Teori Ledakan Besar
Berdasarkan teori Jagat Raya Mengembang, dahulu kala galaksi-galaksi pernah saling berdekatan. Dengan demikian, mungkin semua galaksi dalam jagat raya berasal dari massa tunggal. Dalam keadaan massa tunggal, jagat raya memiliki suhu dan energi sangat besar. Maka dari itu, hanya ledakan besarlah yang dapat menghancurkan massa tunggal menjadi serpihan-serpihan sebagai awal jagat raya. Teori ini didukung oleh Stephen Hawking, seorang ahli fisika teoritis.
3) Teori Keadaan Tetap
Teori ini dipelopori oleh Fred Hoyle. Ia berpendapat bahwa materi baru (hidrogen) diciptakan setiap saat untuk mengisi ruangan kosong yang timbul dari pengembangan jagat raya. Dalam kasus ini, jagat raya tetap dan akan selalu tampak sama. Namun menurut Stephen Hawking, materi baru yang dibicarakan Hoyle adalah divergen (memencar) sehingga teori ini harus ditinggalkan.
4) Teori Big Bang
Teori ini dikembangkan oleh George Lemarie. Menurut teori ini pada mulanya alam semesta berupa sebuah primeval atom yang berisi materi dalam keadaan yang sangat padat. Suatu ketika atom ini meledak dan seluruh materinya terlempar ke ruang alam semesta. Timbul dua gaya saling bertentangan yang satu disebut gaya gravitasi dan yang lainnya dinamakan gaya kosmis. Dari kedua gaya tersebut gaya kosmis lebih dominan sehingga alam semesta masih akan ekspansi terus menerus.
5) Teori Berayun
Menurut teori ini, semua materi saling menjauh dan berasal dari massa yang padat. Selanjutnya, materi itu gerakannya melambat kemudian berhenti dan mulai mengerut lagi akibat gaya gravitasi, lalu materi tersebut akan memadat dan meledak lagi. Dalam proses ini tidak ada materi yang rusak atau tercipta, tetapi hanya berubah tatanan.