Alam Semesta atau Jagat Raya merupakan tempat berkumpulnya
benda-benda angkasa yang luasnya tidak dapat diukur. Terjadinya alam semesta
dapat diterangkan oleh beberapa teori. Berikut adalah teori mengenai terjadinya alam semesta.
1) Teori
Jagat Raya Mengembang
Menurut hasil penelitian dan
pengamatan Hubble, ditemukan bahwa
galaksi-galaksi bergerak saling menjauhi. Hal ini berarti alam semesta
mengembang menjadi lebih luas.
2) Teori
Ledakan Besar
Berdasarkan teori Jagat Raya
Mengembang, dahulu kala galaksi-galaksi pernah saling berdekatan. Dengan
demikian, mungkin semua galaksi dalam jagat raya berasal dari massa tunggal.
Dalam keadaan massa tunggal, jagat raya memiliki suhu dan energi sangat besar.
Maka dari itu, hanya ledakan besarlah yang dapat menghancurkan massa tunggal
menjadi serpihan-serpihan sebagai awal jagat raya. Teori ini didukung oleh Stephen Hawking, seorang ahli fisika
teoritis.
3) Teori
Keadaan Tetap
Teori ini dipelopori oleh Fred Hoyle. Ia berpendapat bahwa materi
baru (hidrogen) diciptakan setiap saat untuk mengisi ruangan kosong yang timbul
dari pengembangan jagat raya. Dalam kasus ini, jagat raya tetap dan akan selalu
tampak sama. Namun menurut Stephen Hawking, materi baru yang dibicarakan Hoyle
adalah divergen (memencar) sehingga teori ini harus ditinggalkan.
4) Teori
Big Bang
Teori ini dikembangkan oleh George Lemarie. Menurut teori ini pada
mulanya alam semesta berupa sebuah primeval atom yang berisi materi dalam
keadaan yang sangat padat. Suatu ketika atom ini meledak dan seluruh materinya
terlempar ke ruang alam semesta. Timbul dua gaya saling bertentangan yang satu
disebut gaya gravitasi dan yang lainnya dinamakan gaya kosmis. Dari kedua gaya
tersebut gaya kosmis lebih dominan sehingga alam semesta masih akan ekspansi
terus menerus.
5) Teori
Berayun
Menurut teori ini, semua materi
saling menjauh dan berasal dari massa yang padat. Selanjutnya, materi itu
gerakannya melambat kemudian berhenti dan mulai mengerut lagi akibat gaya
gravitasi, lalu materi tersebut akan memadat dan meledak lagi. Dalam proses ini
tidak ada materi yang rusak atau tercipta, tetapi hanya berubah tatanan.